PURBALINGGA, HUMAS – Puasa ramadan yang dilakukan oleh umat Islam bisa menjadi salah satu obat bagi merebaknya budaya korupsi dan kebobrokan moral warga bangsa. Hal ini karena ibadah puasa ramadan merupakan ibadah untuk menahan diri dari segala peringai buruk sehingga manusia yang menjalankan puasa ramadan diharapkan memiliki karakter ahlakul karimah.
“Puasa ramadan mengajarkan orang untuk jujur dan adil. Merebaknya korupsi, manipulasi, kolusi dan nepotisme diakibatkan hilangnya sifat kejujuran itu,” ungkap Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga Rochiman SAg MH saat mengisi pengajian bulan suci ramadan di Pendapa Dipokusumo, Jum’at (2/8).
Kegiatan pengajian ini rutin diselenggarakan pemkab Purbalingga tiap hari Jum’at pagi selama ramadhan 1434 H. Selain diikuti Bupati dan Wakil Bupati, kegiatan kerohanian itu juga diikuti para pejabat dan PNS dijajaran pemkab serta ibu ibu anggota PKK dan Dharma Wanita Kabupaten Purbalingga.
Lebih jauh Rochiman mengatakan, jalan menuju karakter manusia bertaqwa, ada dalam makna – makna tertinggi ibadah puasa ramadhan. Diantaranya, mengajarkan optimisme, menjadikan hidup manusia lebih bermakna, membiasakan orang untuk jujur dan adil, hidup disiplin, mengasah kepekaan sosial dan membangun sikap bertanggungjawab.
“Semua kita punya masalah. Terlebih jaman sekarang dimana banyak tantangan dan godaan, seperti budaya korupsi, narkoba, seks bebas dan lainnya. Puasa ramadhan menawarkan solusi terhadap persoalan itu,” ujarnya.
Solusi itu, lanjut Rochiman, seperti yang ditulis ulama besar syeikh Ali Al-khawwas dalam kitab Ar-Risalah al-Qusyairiyyah yang menawarkan lima solusi obat hati. Yakni membaca Al Qur’an dan menghayatinya, mengosongkan perut, bangun malam, dzikir khusyu’ tengah malam dan berteman dengan orang-orang baik. “Dalam bulan ramadhan, kelima hal itu banyak diamalkan kaum muslimin,” tegasnya.
Karakter baik lainnya yang bisa dibentuk melalui amalan puasa ramadhan adalah kebiasaan hidup disiplin seperti saat kita berlaku sangat disiplin dalam menjalankan tahapan puasa ramadhan.
Ramadan juga menjadi bulan berderma. Banyak orang yang kemudian tersentuh nuraninya untuk peka terhadap situasi sosial disekitarnya. Karenanya, selama ramadhan biasanya dimanfaatkan untuk menyalurkan zakat, infak dan sodaqoh bagi fakir miskin.
“Itulah karakter manusia yang diharapkan lahir dari madrasah ramadhan. Sehingga kita semua menjadi manusia yang bertaqwa,” tandas Rochiman mengakhiri tauziahnya.
Selama pelaksanaan pengajian Jum’at pagi, berhasil dikumpulkan infak sebanyak Rp 4.670.000. Infak pengajian pertama pada Jum’at (12/7) sebesar Rp 780.000, kemudian pada (19/7) Rp 1.230.000, Jum’at ketiga (26/7) Rp 1.400.00 dan terakhir (2/8) Rp 1.260.000.
“Infak yang terkumpul akan disalurkan Sabtu (3/8) bersamaan dengan penyaluran zakat dan sodakoh di desa Tunjungmuli dan Tamansari,” jelas Kabag Kesra Drs Muh Nurhadi MM. (Humas/Hr).